PENDIDIDIKAN KESEHATAN TENTANG EFEKTIFITAS BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN SPUTUM UNTUK PENEMUAN BTA PADA PASIEN TUBERKULOSIS
Diposting oleh
Wira Nata
Selasa, 07 Februari 2012 at 12.24
0
komentar
Labels :
ini gan postingan ane yg baru sory lama g update soalnya lagi banyak kerjaan dluar bidang wkwkwkkw
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis (TBC) sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat didunia termasuk Indonesia. Word Health Organization (WHO) dalam Annual Report on Global TB Control 2003 menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high-burden countries terhadap TB. Indonesia termasuk peringkat ketiga setelah India dan China dalam menyumbang TB di dunia. Menurut WHO estimasi incidence rate untukpemeriksaan dahak didapatkan Basil Tahan Asam (BTA) positif adalah 115 per 100.000.
Di Negara Indonesia yang merupakan salah satu Negara berkembang, penyakit TB mencapai 25% diseluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah dan 75% penderita TB adalah kelompok usia produktif yaitu umur 15 – 50 th. Sejak tahun 200, Indonesia telah berhasil mencapai dan mempertahankan angka kesembuhan sesuai dengan target global yaitu minimal 85% penemuan kasus TB di Indonesia pada tahun 2006 adalah 76%.
Pasien dengan TB sering menjadi sangat lemah karena penyakit kronis yang berkepanjangan dan kerusakan status nutrisi. Anoreksia, penurunan berat badan dan malnutrisi umum terjadi pada pasien TB. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh keletihan akibat batuk berat, pembentukan sputum, nyeri dada atau status kelemahan secara umum.
Upaya untuk menegakkan diagnosis secara tepat salah satu diantaranya adalah dengan pemeriksaan sputum (dahak). Penting untuk mendapatkan sputum yang benar, bukan ludah ataupun sekret hidung sehingga dapat diketemukan Basil Tahan Asam yang positif. Berdasarkan dari data rekam medik RS Mardi Rahayu Kudus tahun 2007 – 2008, telah ditemukan kasus TB sebanyak 757 dengan 94 penderita BTA positif, dimana sputum yang didapatkan merupakan dari hasil konvensional yang diperoleh dari pasien dengan cara mengeluarkan dahak semampu pasiren, sehingga sputum yang didapatkan kadang-kadang berupa air ludah. Petugas pun kadang-kadang-kadang langsung saja memeriksa tanpa melihat apakah bahan yang dikirim itu ludah atau sputum, sehingga banyak kasus TB Paru diketemukan BTA negatif. Padahal kemungkinan besar jika spesimen yang dikirim benar akan diketemukan BTA positif. Disisi lain jika petugas laborat meminta ulang spesimen (karena yang dikirim ludah) , perawat ruangan selalu memberikan alasan yang bermacam-macam sehingga petugas laborat pun langsung memeriksa walaupun bukan sputum. Dan tentunya hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Efeknya pengobatan tidak tepat sasaran.
Oleh karena itu penulis membahas tentang cara pengeluaran sputum untuk pemeriksaan BTA pada pasien TB dengan cara batuk efektif.Hal ini dikarenakan dalam pendiagnosaan pasien dengan TB harus memeriksa BTA(Basil Tahan Asam) sebab banyak pemeriksaan BTA negative pada pasien TB yang sebenarnya bukan dahak/sputum melainkan air ludah.Selain itu juga batuk efektif telah diteliti tentang efektifitasya dalam pengeluaran Sputum di RS Mardi Rahayu Kudus .
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini yakni mengamati suatu penelitian yang sudah dilakukan tentang tehnik batuk efektif terhadap pengeluaran sputum untuk pemeriksaan BTA pada pasien Tuberkulosis
b. Tujuan Khusus
1. Mengamati hasil penelitian tentang tehnik batuk efektif
2. Menanggapi hasil penelitian tentang batuk efektif yang dilakukan pada pasien tuberculosis
3. Membahas dan mengkaitkan tentang tehnik batuk efektif dengan hasil penelitian tentang tehnik batuk efektif terhadap penyakit tuberculosis.
4. Sebagai media terbaru dalam penanganan pasien tuberculosis dalam pemberian tehnik batuk efektif untuk pengeluaran sputum sebagai pemeriksaan BTA.
B. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Tuberkulosis
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
2. Penyebab Tuberkulosis
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
3. Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
4. Gejala sistemik/umum
1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
5. Gejala khusus
1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
2) Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
6. Penegakan Diagnosis
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
1) Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
2) Pemeriksaan fisik.
3) Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
4) Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
5) Rontgen dada (thorax photo).
6) Uji tuberkulin.
7. Definisi Batuk Efektif
merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.Tehnik batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan sekresi dari saluran nafas. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi skresi seperti pneumonia, atelektasis dan demam. Batuk efektif memberikan kontribusi yang positif terhadap pengeluaran volume sputum. Dengan batuk efektif pasien menjadi tahu tentang bagaimana cara mengeluarkan sputum. Orang sehat tidak mengeluarkan sputum; kalau kadang-kadang ada, jumlahnya sangat kecil sehingga tidak dapat diukur. Banyaknya yang dikeluarkan bukan saja ditentukan oleh penyakit yang tengah diderita, tetapi juga oleh stadium penyakit itu.
Caranya adalah sebelum dilakukan batuk, klien dianjurkan untuk minum air hangat dengan rasionalisasi untuk mengencerkan dahak. Setelah itu dianjurkan untuk inspirasi dalam. Hal ini dilakukan selama dua kali. Kemudian setelah insipirasi yang ketiga, anjurkan klien untuk membatukkan dengan kuat.
8. Tujuan Batuk Efektif
1. Melatih otot-otot pernafasan agar dapat melakukan fungsi dengan baik
2. Mengeluarkan dahak atau seputum yang ada disaluran pernafasan
3. Melatih klien agar terbiasa melakukan cara pernafasan dengan baik
9. Manfaat Batuk Efektif
1. Untuk mengeluarkan sekret yang menyumbat jalan nafas
2. Untuk memperingan keluhan saat terjadi sesak nafas pada penderita jantung.
10. Indikasi Batuk Efektif
COPD/PPOK(penyakit paru obstruktif kronik), Emphysema, Fibrosis, Asma, tuberculosis chest infection, pasien bedrest atau post operasi.
11. Alat dan Bahan
1.Bantal
2.Sputum Port
3.air minum hangat(air putih)
4.Tissue
2.Sputum Port
3.air minum hangat(air putih)
4.Tissue
12. Cara Batuk Efektif
- Anjurkan klien untuk minum air hangat(agar mudah dalam pengeluaran sekresi)
- Tarik nafas dalam 4-5 kali
- Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik
- Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukan dengan kuat
- Lakukan empat kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan dengan kebutuhan
- Perhatikan kondisi penderita.
C. Penelian Terkait
ABSTRAK
Penyakit tuberkulosis (TBC) sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Upaya untuk menegakkan diagnosis secara tepat salah satu diantaranya adalah dengan pemeriksaan sputum (dahak). Pentinguntuk mendapatkan sputum yang benar, bukan ludah ataupun sekret hidung sehingga dapat responden pasien TB Paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus.
Hasil penelitian menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus yaitu dari spesimen 1 (sebelum batuk efektif) dan spesimen 2 (sesudah batuk efektif) 21 responden (70%) mengalami peningkatan volume sputumnya.. Berdasarkan spesimen 1 (sebelum batuk efektif) dan spesimen 3 (setelah batuk efektif) 24 responden (80%) mengalami peningkatan volume sputumnya. Penemuan BTA pasien TB Paru mengalami peningkatan dari spesimen 1 (sebelum batuk efektif) sebanyak 6 responden, specimen 2 sebanyak 17 responden, dan spesimen 3 sebanyak 21 responden. Hasil analisis dengan
uji Paired Sample t-Test baik untuk spesimen 1 dan spesimen 2 maupun spesimen 1 dan specimen 3 menunjukkan nilai signifikansi 0,000 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTAdiketemukan Basil Tahan Asam yang positif. Untuk itu diperlukan upaya mendapatkan sputum dengan cara melakukan batuk efektif. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk
meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi sekresi seperti pneumonia, atelektasis dan demam. Dengan batuk efektif penderita tuberkulosis paru tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif uji statistik Paired Sample t-test dan pengambilan data dilakukan dengan pengukuran volume sputum pada 30 pasien TB paru di ruang rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
- Pembahasan
a. Pengeluaran sputum pasien sebelum mendapatkan pelatihan batuk efektif.
Dari hasil pemeriksaan pada specimen 1 (sebelum batuk efektif) didapatkan rata-rata volume sputum dari 30 responden 0,23 cc, sebanyak 20 responden (66,6%) tidak dapat mengeluarkan sputum dan hanya mengeluarkan ludah. Hal ini dikarenakan pasien belum tahu bagaimana cara batuk efektif. Mereka hanya melakukan batuk dengan cara biasa sehingga tidak bisa maksimal.Batuk berfungsi untuk mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada faring dan saluran nafas. Batuk biasanya merupakan suatu reflek sehingga bersifat involunter, namun juga dapat bersifat volunter. Batuk yang involunter merupakan gerakan reflek yang dicetuskan karena adanya rangsangan pada reseptor sensorik mulai dari faring hingga alveoli.Batuk diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dimana saja dalam saluran pernafasan. Stimulus yang menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu proses infeksi atau dari suatu iritan yang dibawa oleh udara seperti asap, kabut, debu atau gas. Batuk adalah proteksi utama pasien terhadap akumulasi sekresi dalam bronki dan bronkiolus.Batuk dapat dipicu secara reflek ataupun disengaja. Sebagai reflek pertahanan diri, batuk dipengaruhi oleh jalur saraf aferen dan eferen. Batuk diawali dengan inspirasi dalam diikuti dengan penutupan glotis, relaksasi diafragma dan kontraksi oto melawan glotis yang menutup.
Hasilnya akan terjadi tekanan yang positif pada intra rorak yang menyebabkan penyempitan trakea. Sekali glotis terbuka, bersama dengan penyempitan trakea akan menghasilkan aliran udara yang cepat melalui trakea. Kekuatan eksposif ini akan menyapu sekret dan benda asing yang ada di saluran nafas.Pasien sebelum mendapatkan pelatihan batuk efektif seluruhnya tidak bisa mengeluarkan sputum yang maksimal, sebagian besar yang dikeluarkan adalah ludah sehingga tidak dapat diperiksa secara seksama oleh petugas laborat. Pemeriksaan yang tidak seksama tersebut menyebabkan tidak tuntasnya pengobatan terhadap pasien. Hal ini juga memberikan resiko penularan yang lebih besar karena pasien dengan BTA positif memiliki resiko menularkannya pada orang lain. Pasien yang menjadi subyek penelitian tidak dapat mengeluarkan sputum karena mereka sebelumnya tidak pernah mendapat pelatihan bagaimana mengeluarkan sputum dengan benar dari petugas kesehatan.
b. Pengeluaran sputum pasien setelah mendapatkan pelatihan batuk efektif.
Untuk mendapatkan sputum yang baik dalam pemeriksaan terdapat metode khusus untuk mengeluarkan sekret yaitu salah satunya dengan cara batuk efektif. Tehnik batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan sekresi dari saluran nafas.Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi skresi seperti pneumonia, atelektasis dan demam.
Dengan batuk efektif penderita tuberkulosis paru tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret.Caranya adalah sebelum dilakukan batuk, klien dianjurkan untuk minum air hangat dengan rasionalisasi untuk mengencerkan dahak. Setelah itu dianjurkan untuk inspirasi dalam. Hal ini dilakukan selama dua kali. Kemudian setelah insipirasi yang ketiga, anjurkan klien untuk membatukkan dengan kuat.
Pemeriksaan specimen menunjukkan adanya peningkatan rata-rata volume sputum yaitu pada specimen 1 (sebelum batuk efektif) sebesar 0,23 cc menjadi 0,93 cc pada specimen 2 (setelah batuk efektif), sedangkan pada specimen 3 (setelah batuk efektif) rata-rata volume sputum menjadi 2,43 cc. Pemeriksaan specimen menunjukkan adanya peningkatan volume sputum yang dihasilkan dari pasien TB paru yang telah diajarkan bagaimana batuk efektif. Berdasarkan hasil penelitian perbandingan specimen 1 (sebelum batuk efektif) dengan specimen 2 (setelah batuk efektif) sebanyak 21 responden (70%) mengalami peningkatan volume sputum (cc) yang dihasilkan setelah batuk efektif, sedangkan 9 responden (30%) tidak mengalami peningkatan volume sputum (cc) yang dihasilkan setelah batuk efektif.
Berdasarkan hasil penelitian perbandingan specimen 1 (sebelum batuk efektif) dengan specimen 3 (setelah batuk efektif) sebanyak 24 responden (80%) mengalami peningkatan volume sputum (cc) yang dihasilkan setelah batuk efektif, sedangkan 6 responden (20%) tidak mengalami peningkatan volume sputum (cc) yang dihasilkan setelah batuk efektif.Batuk efektif memberikan kontribusi yang positif terhadap pengeluaran volume sputum.
Dengan batuk efektif pasien menjadi tahu tentang bagaimana cara mengeluarkan sputum. Orang sehat tidak mengeluarkan sputum; kalau kadang-kadang ada, jumlahnya sangat kecil sehingga tidak dapat diukur. Banyaknya yang dikeluarkan bukan saja ditentukan oleh penyakit yang tengah diderita, tetapi juga oleh stadium penyakit itu. Jumlah yang besar, yaitu lebih dari 100 cc per 24 jam, mungkin melebihi 500 cc ditemukan pada edema pulmonum, abces paru-paru, brochiectasi, tuberculosis pulmonum yang lanjut dan pada abces yang pecah menembus ke paru-paru.
Pada penemuan BTA terjadi peningkatan jumlah penemuan BTA yang sebelumnya merupakan BTA negatif pada specimen 1 pada specimen 2 dan 3 menjadi BTA positif. Jumlah penemuan BTA positif pada specimen 1 adalah sebanyak 6 responden, BTA positif pada specimen 2 adalah sebesar 17 responden, sedangkan BTA positif pada specimen 3 adalah sebesar 21 responden. Jumlah volume sputum yang dihasilkan menyebabkan lebih mudahnya petugas laborat memeriksa BTA pasien. Karena untuk menegakkan diagnosis secara tepat salah satu diantaranya adalah dengan pemeriksaan sputum (dahak).
Penting untuk mendapatkan sputum yang benar, bukan ludah ataupun sekret hidung sehingga dapat diketemukan Basil Tahan Asam yang positif. Indikasi pemeriksaan sputum yang lazim adalah untuk menemukan adanya infeksi, biasanya pneumonia dan memperoleh bahan untuk diagnosa sitologik. Biakan sputum merupakan pemeriksaan mikrobiologik yang biasanya diminta, tetapi hasil yang didapat sering tidak informatif atau bahkan menyesatkan.Yang pertama-tama memerlukan perhatian adalah pengumpulan bahan yang betul-betul sputum dan bukan sekret dari saluran nafas bagian atas.
Hal ini dapat diketahui dengan pemeriksaan sediaan apus yang diwarnakan dengan cara Gram. Sputum yang benar mengandung leukosit polimorfonuklear (PMN) dan atau makrofag alveolar serta mengandung beberapa sel epitel bersisik. Sel epitel dalam jumlah besar atau tidak terlihatnya PMN di beberapa laboratorium merupakan alasan untuk membuang bahan yang didapat tanpa memeriksanya lebih lanjut.Berdasarkan analisis data dengan menggunakan Pair Sample t-Test terdapat peningkatan volume sputum specimen 1 (sebelum batuk efektif) terhadap specimen 2 (setelah batuk efektif) menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk menemukan BTA pasien TB Paru.
Hal ini dapat dilihat dari uji Paired Sample t-Test didapat t tabel adalah 2,021. Maka daerah penerimaan Ho antara -2,021 sampai 2,021. Bila t hitung berada dalam daerah penerimaan Ho, berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Pada penelitian ini, nilai t hitung -4,700, maka nilai diluar daerah penerimaan Ho, artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap rumah sakit Mardi Rahayu Kudus. Berdasarkan signifikansi menunjukkan nilai 0,000 < (0,05) berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap rumah sakit Mardi Rahayu Kudus. Analisis data peningkatan volume sputum specimen 1 (sebelum batuk efektif) terhadap specimen 3 (setelah batuk efektif) menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk menemukan BTA pasien TB Paru. Dari uji Paired Sample t-Test didapat t tabel adalah 2,021. Maka daerah penerimaan Ho antara -2,021 sampai 2,021. Bila t hitung berada dalam daerah penerimaan Ho, berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Pada penelitian ini, nilai t hitung -9,805, maka nilai di luar daerah penerimaan Ho, artinya Ho ditolak dan Ha diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap rumah sakit Mardi Rahayu Kudus. Berdasarkan signifikansi menunjukkan nilai 0,000 < (0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima.Dalam artian bahwa tehnik batuk efektif teruji dalam pegeluran sputum sebab dalam hasil penelitian menunjukkan banyak peningkatan pada pengeluaran BTA serta hasil BTA positif yang ditemukan setelah batuk efektif dilakukan.
Tehnik batuk efektif sendiri tidak terlalu rumit dan mudah sekali dilakukan serta banyak manfaat yang di dapat tidak hanya proses pengeluaran sputum namun antara lain,melatih otot-otot pernafasan dan juga melatih klien untuk melakukan pernafasan dengan cara yang baik.Serta hal yang terpenting bahwa klien tidak perlu batuk dengan keras untuk mengeluarkan sputum hingga sampai menyiksa diri klien,dengan batuk efektif hasil yang diinginkan terpenuhi dan efektifitasnya teruji dalam penelitian yang telah dilakukan.
- Penutup
- Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pada pasien TB Paru di ruang rawat inap rumah sakit Mardi Rahayu Kudus,ada efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap rumah sakit Mardi Rahayu Kudus hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian 21 responden (70%) mengalami peningkatan volume sputum (cc) dari specimen 1 (sebelum batuk efektif) dan specimen 2 (setelah batuk efektif), sedangkan sebanyak 24 responden (80%) mengalami peningkatan volume sputum (cc) dari specimen 1 (sebelum batuk efektif) dan specimen 3 (setelah batuk efektif). Hasil analisis statistik menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk menemukan BTA pasien TB Paru yaitu berdasarkan signifikansi (0,000) < 0,05. Dan dari 30 pasien rawat inap yang dijadikan subyek penelitian setelah diajarkan batuk efektif mengalami peningkatan jumlah pasien yang ditemukan dengan BTA positif yaitu pada specimen 1 (sebelum batuk efektif) ditemukan 6 responden, pada specimen 2 (setelah batuk efektif) ditemukan 17 responden, sedangkan pada specimen 3 (setelah batuk efektif) ditemukan 21 responden.
- Saran
Dengan penerapan Tehnik batuk efektif pada proses pengeluaran sputum pada klien Tuberkulosis dapat dilakukan sebab penelitian terkait sudah teruji dengan hasil penelitian yang dilakukan serta dapat bermanfaat bagi pasien itu sendiri dalam artian tidak menyiksa pasien dengan batuk yang begitu keras namun tidak memiliki hasil yang diinginkan.Peran perawat dalam penanganan klien TB lebih mudah dalam melakukan tindakan sebab mengetahui secara pasti hasil diagnostic dari pemeriksan BTA pada klien TB,serta tindakan keperawatan dalam proses perawatan dapat terlaksana dengan baik.
ne posting bkan penelitian tapi ane jadi konsumen semoga bermanfaat bagi agan2 semuanya....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)