KONSEP DIRI
1.1 Definisi Konsep Diri
Konsep diri adalah citra subjektif dari dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap, dan persepsi bawah sadar dan sadar. Selain defini diatas, kosep diri juga merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai dari hasil pengalaman seseorang terhadap dirinya. Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dan orang lain. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap perkembangan psikososial seseorang.
Secara umum, konsep diri adalah semua tanda, keyakinan, dan pendirian yang merupakan suatu pengetahuan individu tentang dirinya yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain, termasuk karakter, kemampuan, nilai, ide, dan tujuan.
1.2 Komponen Konsep Diri
konsep diri dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak variable. Komponen - komponen konsep diri adalah sebagai berikut:
1.2.1 Identitas Diri
Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sebagai suatu kesatuan yang utuh. Identitas sering didapat dari observasi seseorang dan dari apa yang kita katakan tentang diri kita. Identitas mencakup konsistensi sesorang sepanjang waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyiratkan perbedaan atau keunikan dibanding dengan orang lain. Identitas sering kali didapat melalui pengamatan sendiri dan dari apa yang didengar seseorang dari orang lain mengenai dirinya.
Pembentukan identitas sangat diperlukan demi hubungan yang intim karena identitas seseorang dinyatakan dalam hubunganya dengan orang lain. Seksualitas merupakan konseptualitas seseorang atas dirinya sebagai pria atau wanita dan mencakup orientasi seksual.
Untuk membentuk identitas seorang anak harus mampu membawa semua perilaku yang dipelajari ke dalam keutuhan yang koheren, konsisten dan unik.
1.2.2 Citra Diri
ketika kita berpikir tentang diri kita secara fisik, gambaran mental adalah citra tubuh kita. Citra tubuh adalah bagian konsep diri yang mencakup sikap dan pengalaman yang berkaitan dengan tubuh, termasuk pandangan masklunitas dan feminitas, kegagahan fisik, daya tahan, kapabilitas, penampilan fisik, struktur, dan fungsinya. Perasaan mengenai citra diri meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas, feminitas, maskulinitas, keremajaan, kesehatan, dan kekuatan. Citra mental tersebut tidak selalu konsisten dengan struktur atau penampilan fisik yang sesungguhnya. Beberapa kelainan citra diri memiliki akar psikologi yang dalam, misalnya kelainan pola makan seperti anoreksia.
Citra diri dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pubertas dan penuaan terlihat lebih jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek konsep diri lainnya.
Selain itu, citra diri juga dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan masyarakat menentukan norma-norma yang diterima luas mengenai citra diri dan dapat mempengaruhi sikap seseorang, misalnya berat tubuh yang ideal, warna kulit, tindik tubuh serta tubuh, dan sebagainya.
1.2.3 Harga Diri
Harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang lain. Harga diri berasal dari dua sumber, yaitu diri sendiri dan orang lain. Harga diri mencakup penerimaan diri sendiri karena nilai dasar, meski lemah dan terbatas. Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan diri sendiri maupun dari orang lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya.
Harga diri berkaitan dengan evaluasi individual terhadap keefektifan di sekolah atau tempat kerja, di dalam keluarga dan di dalam lingkungan social. Keefektifan diri berkaitan erat dengan ide harga diri misalnya penilaian diri tentang kompetensi seseorang dalam melakukan berbagai tugas.
1.2.4 Ideal Diri
Ideal diri terdiri atas aspirasi, tujuan, nilai dan standar perilaku yang dianggap ideal dan diupayakan untuk dicapai. Ideal diri berawal dalam tahun prasekolah dan berkembang sepanjang hidup.
Faktor yang mempengaruhi ideal diri:
1. Norma masyarakat
2. Harapan
3. Tuntutan orang tua dan orang terdekat.
Secara umum, seseorang yang konsep dirinya hamper memenuhi ideal diri mempunyai harga diri tinggi, sementara seseorang yang konsep dirinya mempunyai variasi luas dari ideal dirinya mempunyai harga diri rendah.
1.2.5 Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan dari seseorang bedasarkan posisinya di masyarakat, misalnya sebagai orang tua, atasan, teman dekat, dan lain sebainya. Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas, dan kultur.
Perilaku dipelajari melalui proses
1. Reinforcement – extinction
2. Inhibisi
3. Subtitusi
4. Imitasi
5. Identifikasi
Setiap peran berhubungan dengan pemenuhan harapan-harapan tertentu. Apabila harapan tersebut dapat terpenuhi, rasa percaya diri seseorang akan meningkat. Sebaliknya, kegagalan untk memenuhi harapan atas peran dapat menyebabkan penurunan harga diri atau terganggunya konsep diri seseorang. Agar dapat berfungsi secara efektif dalam peran, seseorang harus mengetahui perilaku dan nilai yang diharapkan, memiliki keinginan untuk memastikan niali perilaku dan mampu memenuhi tuntutan peran
1.3 Tahap Perkembangan Konsep Diri
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan mempunyai aktivitas spesifik tang membantu klien dalam mengembangkan konsep diri yang positif. Menurut teori psikososial, perkembangan konsep diri dapat dibagi ke dalam beberapa tahap:
0 sampai 1 tahun
E Mulai untuk mempercayai
E Membedakan dirinya dengan lingkungan
1 sampai 3 tahun
E Mulai menyatakan apa yang disukai dan yang tidak disukai
E Meningkatnya kemandirian dalam berpikir dan bertindak
E Menghargai penampilan dan fungsi tubuh
E Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi, meniru, dan bersosialisasi
sampai 6 tahun
E Mengambil dan mempunyai inisiatif
E Mengidentifikasi jender/jenis kelamin
E Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan diri
E Meningkatnya ketrampilan berbahasa, termasuk pengenalan akan perasaan seperti senang, kecewa, dan sebagainya
E Sensitif terhadap umpan balik dari keluarga
6 sampai 12 tahun
E Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga tidak lagi dominan
E Harga diri meningkat dengan penguasaan ketrampilan baru
E Menguatnya identitas seksual
E Menyadari kekuatan dan kelemahan
E Dapat mengatur diri sendiri
12 sampai 20 tahun
E Menerima perubahan tubuh/kedewasaan
E Belajar tentang sikap, nilai, dan keyakinan
E Menggali tujuan untuk masa depan
E Merasa positif atas berkembangnya konsep diri
E Berinteraksi dengan orang-orang yang menurutnya menarik secara seksual dan intelektual
20 sampai 40 tahun
E Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang-orang lain
E Memiliki perasaan yang stabil dan positif mengenai diri
E Mengalami keberhasilan transisi peran dan meningkatnya tanggung jawab
40 sampai 60 tahun
E Dapat menerima perubahan penampilan dan ketahanan fisik
E Mengevaluasi ulang tujuan hidup
E Merasa nyaman dengan proses penuaan
Di atas 60 tahun
E Merasa positif mengenai hidup dan makna kehidupan
E Berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kegiatan dalam pengkajian adalah pengumpulan data. Pengumpulan data adalah kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status status kesehatan klien. Ada empat macam data yang dikaji, yaitu data dasar, data focus, data subjektif, dan data objektif. Sementara sumber data itu ada dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Pengkajian yang dilakukan meliputi : riwayat kesehatan yang lalu, pemeriksaan tanda klinis, dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri. Teknik pengumpulan data dibagi menjadi :
õ Anamnesis adalah tanya jawab/komunikasi secara langsung dengan klien (auto-anamnesis) maupun tak langsung (allo-anamnesis) dengan keluarganya untuk menggali informasi tentang status kesehatan klien.
õ Observasi, pada tahap ini dilakukan pengamatan secara umum terhadap perilaku dan keadaan klien. Observasi meliputi : pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) dan pemeriksaan penunjang (foto thoraks, laboratorium, rekam jantung, dll).
Pengkajian terhadap masalah konsep diri meliputi:
ü Persepsi diri / pola konsep diri
ü Pola peran
ü Koping terhadap stress
ü Nilai keyakinan
ü Perubahan fisik (cemas, takut, rasa masalah, rasa bersalah, dll)
- Ansietas
Ansietas adalah perasaan tidak jelas, tidak tenang, sumbernya sering tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu yang mengalami faktor:
· Ancaman konsep diri
· Ancaman Kematian
· Ancaman terhadap status kesehatan
· Krisis situasi dan menstruasi
· Kebutuhan yang tidak terpenuhi
Batasan karakteristiknya adalah:
a) Subjektif: Peningkatan ketegangan, ketakutan, cemas, gugup, perasaan tidak tenang, terlampau bergairah.
b) Objektif: Gelisah, insomnia, gemetar, khawatir, tegang, peningkatan keringat
- Ketakutan
Ketakutan adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami suatu gangguan fisologi atau emosional yang berhubungan dengan suatu sumber yang dapat diidentifikasi yang dirasakan sebagai bahaya.
Faktor-faktor yang berhubungan adalah:
v Situasional :lingkungan baru, orang-orang baru, pergantian atau
kehilangan orang terdekat, kegagalan
v Maturasional :perpisahan dari orang tua dan teman sebaya (anak),
penampilan, keberhasilan di sekolah (remaja), menjadi
orang tua (dewasa), diabaikan (lansia)
- Keputusasaan
Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif terus-menerus dimana seseorang individu tidak melihat alternative untuk memecahkan masalah-masalah untuk mencapai apa yang diinginkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:
a. Situasional :dicampakkan/perpisahan dari orang-orang terdekat,
ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang berharga, isolasi
karena proses penyakit yang berkepanjangan.
b. Maturasional:kehilangan pengasuh (anak), perubahan citra diri (remaja),
kehilangan pekerjaan (dewasa), kehilangan kemandirian
(lansia)
2.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok perawat secara legal mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan. Langkah-langkah mentukan diagnosis keperawatan adalah klasifikasi data, interpretasi data, mentukan hubungan sebab akibat, dan merumuskan diagnosis keperawatan.
a) Gangguan Citra Tubuh
Suatu keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk mengalami gangguan dala cara penerapan di citra diri seseorang.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan citra tubuh adalah:
· Situasional :obesitas, kehamilan, atau imobilitas
· Patofisiologi :trauma hebat, penyakit kronis, kehilangan bagian tubuh
b) Gangguan Harga Diri
Keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan dirinya sendiri
Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan harga diri adalah:
· Situasional :masalah hubungan, masalah perkawinan, perpisahan,
orang tua tiri
· Patofisiologi :bentuk badan berubah (trauma, pembedahan, cacat),
kehilangan bentuk maupun fungsi tubuh
c) Koping, Individual Tak efektif
Keadaan seseorang yang mengalami ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan koping adalah:
· Situasional :perang, bencana alam, kemiskinan, kematian, perpisahan,
kepercayaan diri rendah
· Patofisiologi :kehilangan bagian tubuh, kimiawi tubuh, tumor (otak)
2.3 Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi dang mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perwat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien. Tujuan dari perencanaan ini adalah administrasi (mengidentifikasi fokus keperawatan, membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan yang lain, menyediakan kriteria guna mengevaluasi hasil keperawatan) dan klinik (merupakan petunjuk dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, alat komunikasi, merupakan gambaran intervensi yang spesifik).
Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan itu adalah:
1. Menentukan prioritas masalah keperawatan.
2. Menetapkan tujuan dan kriteria hasil.
3. Merumuskan rencana tindakan keperawatan.
4. Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.
Perencanaan meliputi sebagai berikut:
c Meningkatkan citra diri pasien
a) Menciptakan hubungan saling percaya
b) Meningkatkan interaksi sosial
c Meningkatkan harga diri pasien
a) Memberi kesadaran pada pasien akan pentingnya semangat hidup
b) Memberi perhatian, menghargai privasi pasien
c) Membebaskan pesien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan
d) Memberi kesempatan kepada pasien untuk melakukan aktivitas social dan mengembangkan keterampilan social dan vakasional
c Memperbaiki identitas diri pasien
a) Mengenal diri sendiri
b) Mengakui seksualitanya sendiri
c) Menilai diri sendiri
c Meningkatkan peran pasien
a) Menyesuaikan peran yang diemban
b) Mempertahankan konsistensi
2.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang talah ditetapkan.kegiatan dalam pelaksaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, dan menilai data yang baru. Ada beberapa keterampilan yang dibutuhkan dalam hal ini yaitu keterampilan kognitif, keterampilan interpersonal, keterampilan psikomotor.
Klien membutuhkan linkungan yang aman, tidak menghakimi, dan mendukung. Beberapa saran untuk menciptakan dukungan adalah:
a) Menerima klien, tetap mengingat bahwa sebagian besar orang mengalami kemunduran pada tahap perkembangan sebelumnya ketika mereka sakit
b) Memahami bahwa kemarahan yang ditujukan pada seseorang atau pada hal-hal yang bukan dibawah control seseorang sering ditujukan pada orang terdekat misalnya perawat atau anggota keluarga.
Pelaksanaan keperawatan yang tepat untuk mengikutsertakan klien dalam eksplorasi diri:
1) Peningkatan kesadaran diri
2) Eksplorasi diri
3) Evaluasi diri
4) Perumusaan tujuan realistik
5) Tanggung jawab pada tujuan dan pencapaian melalui tindakan
6) Pengenalan terhadap pencapaian tujuan dan evaluasi terhadap tujuan yang tidak tercapai
7) Perumusan kembali rencana untuk untuk mencapai tujuan
2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengakhiri rencana tindakan keperawatan, untuk memodifikasi rencana tindakan keperawatan, untuk meneruskan rencana tindakan keperawatan.
Evaluasi terhadap masalah konsep diri secara umum dapat dinilai dari:
· Kemampuan untuk menerima perubahan dalam penampilan atau fungsi diri
· Kemampuan untuk menghargai diri
· Kemampuan untuk melakukan peran yang sesuai
· Mampu menunjukkan identitas diri
Contoh evaluasi terhadap masalah konsep diri yaitu:
· Klien percaya terhadap perawat
· Klien merasa nyaman
· Klien mengekpresikan perasaannya pada perawat
· Klien siap menerima kenyataan
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul.2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. 2005. Fundamental of Nursing. Jakarta: EGC
Juall, Lynda. 2000. Diagnosa Keperawatan. Jak,.arta: EGC
Rohmah, Nikmatur & Saiful Walid.2009. Proses Keperawatan. Jogjakarta :Ar-Ruzz Media.