Disfungsi Ereksi


ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI
ALAT REPRODUKSI MANUSIA
A.     Intragonadal

Pada Pria

1.      Alat Kelamin Dalam
Alat kelamin dalam pria terdiri atas : testis, saluran kelamin dan kelenjar kelamin.
a)      Testis
Testis disebut juga gonad jantan. Alat ini jumlahnya sepasang, bentuknya bulat telur. Testis tersimpan di dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Kantong ini terletak di luar rongga perut. Fungsi testis adalah sebagai alat untuk memproduksi sel- sel sperma dan juga memproduksi hormon kelamin jantan yang disebut testoteron. Di dalam testis banyak terdapat pembuluh- pembuluh halus disebut tubulus seminiferus.

b)      Saluran Reproduksi (Kelamin) Pria.Sperma yang dihasilkan oleh testes akan keluar melalui saluran kelamin, yang terdiri atas :
                                                                    I.            Epididimis yaitu saluran yang keluar dari testis. Saluran ini panjang dan berkelok- kelok di dalam skrotum. Setiap testis mempunyai satu epididimis. Oleh sebab itu, epididimis manusia berjumlah sepasang kanan dan kiri. Di dalam epididimis ini sperma disimpan untuk sementara waktu, dan di sinilah sperma menjadi masak dan dapat bergerak menuju saluran berikutnya, yaitu vas deferens.
                                                                 II.            Vas Deferens merupakan saluran lanjutan dari epididimis. Kalau epididimis merupakan saluran yang berkelok- kelok maka vas deferens merupakan saluran lurus dan mengarah ke atas. Bagian ujungnya terdapat di dalam kelenjar prostat. Fungsi vas deferens ini adalah untuk jalanya (mengangkut) sperma dari epididimis menuju ke kantong sperma atau vesikula seminalis.
                                                               III.            Saluran Ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantong semen dengan uretra. Saluran ini mempunyai keistimewaan, yaitu mampu menyemrotkan sperma tinggi masuk ke uretra dan selanjutnya keluar.
                                                              IV.            Uretra adalah saluran yang terdapat di dalam penis. Uretra merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi. Uretra terdapat di dalam penis. Saluran ini mempunyai dua fungsi, yaitu : (1) sebagai alat pengeluaran, yaitu saluran untuk membuang urine keluar tubuh serta (2) sebagai saluran kelamin, yaitu sebagai saluran semen dari kantong mani.

c)      Kelenjar Kelamin
Disamping testis (gonad) dan saluran kelamin, alat kelamin manusia juga di lengkapi kelenjar- kelenjar kelamin. Kelenjar ini bertugas memproduksi getah- getah kelamin. Kelenjar tersebut terdiri atas :
Kelenjar kelamin Pria
1.      Vesikula seminalis.
berjumlah sepasang, terletak dibawah dan atas kantung kemih. Merupakan tempat untuk menampung sperma sehingga disebut dengan kantung semen. Menghasilkan getah berwarna kekuningan yang kaya akan nutrisi bagi sperma dan bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam





2.      Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma.

3.      Kelenjar Cowper
(kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).
B.     Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar pria terdiri atas penis dan skrotum.
a)      Penis merupakan alat kelamin luar yang penting untuk kopulasi atau persetubuhan. Kopulasi adalah hubungan kelamin antara pria dan wanita yang bertujuan untuk memindahkan semen ke saluran kelamin wanita.
Di dalam penis tedapat uretra, yaitu suatu saluran yang dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongganya banyak dan banyak mengandung pembuluh darah. Apabila karena sesuatu hal, rongga ini berisi penuh oleh darah maka penis akan tegang dan mengembang disebut Ereksi.Alat reproduksi pria mulai dapat berfungsi semenjak masa puber, yaitu lebih kurang usia 14 tahun sampai tua, selama manusia itu dalam keadaan sehat.
b)      Scrotum merupakan selaput pembungkus testis yang merupakan pelindung testis serta mengatur suhu   yang sesuasi bagi spermatozoa


DISFUNGSI KELENJAR GONAD
A.    Definisi
Pengertian disfungsi ereksi versi WHO diatas  tidak menjelaskan apakah gangguan ereksi tersebut dialami secara terus-menerus atau hanya kadang-kadang saja, sehingga kemungkinan menimbulkan pengertian yang berbeda diantara para dokter. Karena itu perlu adanya re-definisi disfungsi ereksi dilihat dari tinjauan klinis.Dalam praktik klinis, definisi ini kurang tepat. Pasien mengeluh ereksi yang lemah dalam berbagai situasi. Ada pasien yang mengeluh ereksi tidak keras saat bercumbu dengan istri  dan tidak ada rencana melakukan koitus, dan yang lain mengeluh ereksi tidak bisa keras saat melakukan masturbasi.Jadi disfungsi ereksi terjadi tidak hanya saat melakukan koitus, meskipun keluhan terbesar adalah ereksi tidak cukup keras saat koitus.
Berarti definisi disfungsi ereksi yang paling tepat dalam kehidupan sehari-hari atau dalam praktik klinis adalah keadaan di mana penis tidak bisa mencapai ereksi yang cukup keras pada saat melakukan aktivitas seksual, sendiri ataupun bersama pasangan.keadaan di mana penis tidak bisa mencapai ereksi yang cukup keras pada saat melakukan aktivitas seksual, sendiri ataupun bersama pasangan.
Disfungsi ereksi pada umumnya disebabkan oleh dua hal yatu faktor fisik dan psikis. Pengobatan disfungsi ereksi didasarkan pada penyebabnya, jika penyebabnya karena adanya penyakit maka supaya ereksi bisa normal lagi, penyakit penyebab harus disembuhkan terlebih dahulu. Tapi jika penyebab disfungsi ereksi adalah karena faktor psikis seperti stres atau cemas maka kadang dengan terapi dan konseling sudah bisa diobati.
B.     Etiologi
Pada umumnya disfungsi ereksi pada pria disebabkan oleh dua hal yaitu penyebab fisik dan penyebab psikis. Penyebab fisik biasanya ditimbulkan oleh penyakit seperti diabetes, hipertensi atau sakit jantung yang menghambat aliran darah pada penis. Sementara penyebab psikis adalah hal-hal yang besifat mental atau kejiwaan yang mengganggu fungsi hormonal tubuh, contohnya adalah stres dalam pekerjaan.Tekanan berlebih di kantor serta beban pekerjaan yang sangat berat akan menimbulkan stres jika tidak di antisipasi dengan baik. Stres inilah yang menjadi penyebab umum kenapa banyak pria yang masih berusia muda menderita disfungsi ereksi.
Perusahaan farmasi Bayer Schering Pharma melakukan riset terhadap fenomena stres dan disfungsi ereksi. Dari penelitian diketahui bahwa sebanyak 50% pria yang berusia 40-70 tahun mengidap disfungsi ereksi karena faktor stres pada pekerjaannya. Hasil penelitian Bayer Schering ini dipublikasikan melalui situs Men’s Health beberapa waktu lalu.
Penyebab disfungsi ereksi dapat fisik (organik), psikologis (psikogenik) atau keduanya. Faktor fisik menyebabkan sekitar 60-80% kasus DE. Kemungkinan penyebab fisik:
  1. Inflamasi prostat (prostatitis)
  2. Penyakit parah (anemia, tuberkulosis, pneumonia, dll)
  3. Penyakit jantung, hipertensi, aterosklerosis, diabetes
  4. Operasi (mis. operasi kanker prostat)
  5. Efek kecelakaan
  6. Gangguan hormonal
  7. Multiple sclerosis dan penyakit saraf lainnya
  8. Konsumsi jangka panjang obat tertentu.
Faktor psikologis dapat menyebabkan cacat fisik ringan menjadi DE. Banyak pria yang merasa gagal sebagai lelaki ketika daya seksual mereka melemah. Kegagalan awal mempertahankan ereksi menimbulkan kecemasan dan stress yang pada gilirannya justru memperburuk DE. Hal tersebut menjadi lingkaran setan. Beberapa masalah psikologis yang dapat menyebabkan DE antara lain:
  1. Kurangnya kepercayaan diri
  2. Kurangnya hasrat seksual
  3. Cemas, depresi, stress
  4. Konflik rumah tangga
Pasien yang memiliki DE psikogenik mungkin dapat ereksi normal selama jam tidur atau di pagi hari, sementara di lain waktu sulit mempertahankan ereksi.
C.     Patofisiologi
Yang termasuk kedalam faktor fisik adalah semua gangguan atau penyakit yang  berkaitan dengan gangguan hormon, pembuluh darah, dan saraf.Salah satu penyebab fisik utama disfungsi ereksi adalah aterosklerosis arteri – arteri penis. Pada aterosklerosis, aliran darah ke penis berkurang dan terjadi penurunan kemampuan arteri – arteri penis untuk berdilatasi sewaktu perangsangan seksual , yang menyebabkan terbatasnya pembengkakan.
Penyebab fisik lainnya adalah penayakit – penyakit sistemik misalnya hipotiroidisme, akromegali dan yang tersering diabetes mellitus. Diabetes terutama dihubungkan dengan aterosklerosis serta neuropati ( kerusakan saraf ). Pada tingkat sel , gangguan patofisiologis yang berperan pada ED(Erectile dysfunction, ED) adalah hipersensitivitas otonom, penurunan pembentukan nitrat oksida oleh prostat dan otot – otot polos pembuluh darah penis dan disfungsi sel – sel endotel. Serta penyakit gangguan fungsi hati, gangguan kelenjar gondok, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah, penyakit jantung dan penyakit ginjal yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi.
Selain karena penyakit, ED karena penyebab fisik dapat juga karena gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok berlebihan, alkohol berlebihan, penyalahgunaan obat, dan kurang tidur.
Disamping faktor – faktor fisik , banyak obat diketahui mengganggu kemampuan pria untuk mencapai ereksi dan atau orgasme, seperti obat antihipertensi (metildopa, alfa blocker, beta blocker, reserpine), diuretika (thiazide, sprinolactone, furosemid), antidepresan (amitryptilin, imipramin), antipsikotik (chlorpromazine, haloperidol, fluphenazine, trifluoperazine), antiandrogen (estrogen, flutamid), H2-blockers (cimetidine), simpatomimetik yang sering digunakan untuk pengobatan asma, flu, obesitas. ED juga dapat timbul setelah pembedahan didaerah genital, misalnya setelah kanker prostat. Keletihan kronis atau akut dapat menyebabkan ED.Usia merupakan faktor resiko utama untuk disfungsi ereksi. Proses penuaan sangat mempengaruhi kemampuan ereksi seorang laki-laki, bahkan disfungsi ereksi dapat digolongkan sebagai kelainan yang berhubungan dengan usia.
WOC.
Fisik                                                                            psikis

Aterosklerosis                                                               cemas,stress,

Motilitas arteri berkurang                                        actual impuls inhibitor
                                                                                                asendens

Disfungsi ereksi                                             disfungsi ereksi

Rangsangan

                                    Impotensi


Gangguan                  gangguan                   gangguan
            peran diri                 harga diri                  body image

D.    G E J A L A DAN TANDA
Pada disfungsi ereksi, tanda-tandanya adalah sebagai berikut:
  1. Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi secara berulang ( paling tidak selama 3 bulan )
  2. Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
  3. Ereksi hanya sesaat ( dalam referensi tidak disebutkan lamanya )
E.     Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda hipogonadisme (termasuk testis kecil, ginekomasti dan berkurangnya pertumbuhan rambut tubuh dan janggut) memerlukan perhatian khusus. Pemeriksaan penis dan testis dikerjakan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan bawaaan atau induratio penis. Bila perlu dilakukan palpasi transrektal dan USG transrektal. Tidak jarang ED disebabkan oleh penyakit prostat jinak ataupun prostat ganas atau prostatitis.
Pemeriksaan rektum dengan jari (digital rectal examination), penilaian tonus sfingter ani, dan bulbo cavernosus reflek (kontraksi muskulus bulbokavernous pada perineum setelah penekanan glands penis) untuk menilai keutuhan dari sacral neural outflow. Nadi perifer dipalpasi untuk melihat adanya tanda-tanda penyakit vaskuler. Dan untuk melihat komplikasi penyakit diabetes ( termasuk tekanan darah, ankle bracial index, dan nadi perifer ).
F.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis ED antara lain: kadar serum testosteron pagi hari (perlu diketahui, kadar ini sangat dipengaruhi oleh kadar luteinizing hormone). Pengukuran kadar glukosa dan lipid, hitung darah lengkap (complete blood count), dan tes fungsi ginjal.
Sedangkan pengukuran vaskuler berdasarkan injeksi prostaglandin E1 pada corpora penis, duplex ultrasonography, biothesiometry, atau nocturnal penile tumescence tidak direkomendasikan pada praktek rutin/sehari-hari namun dapat sangat bermanfaat bila informasi tentang vascular supply diperlukan, misalnya, untuk menentukan tindakan bedah yang tepat.
G.    Penatalaksanaan Disfungsi Ereksi
Prinsip penatalaksanaan dari disfungsi seksual pada pria dan wanita adalah sebagai berikut:
  1. Membuat diagnosa dari disfungsi seksual
  2. Mencari etiologi dari disfungsi seksual tersebut
  3. Pengobatan sesuai dengan etiologi disfungsi seksual
  4. Pengobatan untuk memulihkan fungsi seksual, yang terdiri dari pengobatan bedah dan pengobatan non bedah (konseling seksual dan sex theraphy, obat-obatan, alat bantu seks, serta pelatihan jasmani).
Pada kenyataannya tidak mudah untuk mendiagnosa masalah disfungsi seksual. Diantara yang paling sering terjadi adalah pasien tidak dapat mengutarakan masalahnya semua kepada dokter, serta perbedaan persepsi antara pasien dan dokter terhadap apa yang diceritakan pasien. Banyak pasien dengan disfungsi seksual membutuhkan konseling seksual dan terapi, tetapi hanya sedikit yang peduli. Oleh karena masalah disfungsi seksual melibatkan kedua belah pihak yaitu pria dan wanita, dimana masalah disfungsi seksual pada pria dapat menimbulkan disfungsi seksual ataupun stres pada wanita, begitu juga sebaliknya, maka perlu dilakukan dual sex theraphy. Baik itu dilakukan sendiri oleh seorang dokter ataupun dua orang dokter dengan wawancara keluhan terpisah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terapi atau penanganan disfungsi seksual pada kenyataanya tidak mudah dilakukan, sehingga diperlukan diagnosa yang holistik untuk mengetahui secara tepat etiologi dari disfungsi seksual yang terjadi, sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat pula.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen disfungsi ereksi menyangkut terapi psikologi, terapi medis dan terapi hormonal yaitu:
  1. Terapi psikologi yaitu terapi seks atau konsultasi psikiatrik, percobaan terapi (edukasi, medikamentosa oral / intrauretral, vacum contricsi device).
  2. Terapi medis yaitu terapi yang disesuaikan dengan indikasi medisnya
  3. Terapi hormonal yaitu jika tes laboratoriumnya abnormal seperti kadar testoteron rendah , kadar LH dan FSH tinggi maka diterapi dengan pengganti testoteron. Jika Prolaktin tinggi, maka perlu dipertimbangkan pemeriksaan pituitary imaging dan dikonsulkan.
H.    Komplikasi     
komplikasi akibat disfungsi ereksi dapat mencakup:
1.      Sebuah kehidupan seks yang tidak memuaskan
2.      Stres atau kecemasan
3.      Harga diri rendah
4.      Perkawinan atau hubungan masalah
5.      Ketidakmampuan untuk mendapatkan pasangan Anda hamil

Laporan pendahuluan Tuberkhulosis


PENGERTIAN
Pangertian
Penyakit infeksi kronis dengan karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada paru. Yang biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis  (Amin, M.,1999).
Faktor Resiko
Ü  Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran dari Asia Tenggara.
Ü  Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang menimbulkan penurunan status kesehatan.
Ü  Bayi dan anak di bawah 5 tahun.
Ü  Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid & kemoterapi kanker.

Tuberkolosis yang terjadi pada paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis, terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terjadi infeksi sebagai akibat penyebaran limfogen dan atau hematogen, biasanya multipel.












PATOGENESIS         

















Inhalasi Droplet Nuclei
Berisi M. Tuberculosis

 






Droplet Nuclei £ 5 m Menembus Lapisan Mukosa Silier Atas
 







Reaksi Inflamasi Non Spesifik Alveolus

 






Basil TB Dalam Makrofag Alveolus

 






Penyebaran Limfogen Lokal
Penyebaran Hematogen

 
 
























             Tanpa infeksi                                      Inflamasi                  disebar oleh limfe
                                                   
                                                            Fibrosis                                         Timbul jar. Ikat sifat
                                                                                                       Elastik & tebal.
                                                             Kalsifikasi
  - Batuk                                                                                                  Alaveolus  tidak
  - Spuntum purulen                             Exudasi                                        kembali saat
  - Hemoptisis                                                                                     ekspirasi
  - BB menurun                                 Nekrosis/perkejuan
                                                                                                       Gas tidak dapat
                                                             Kavitasi                                         berdifusi dgn. Baik.


 

                                                                                                         Sesak








 



Respon Imun Selular
Gagal & Inadekuat

 
                                         95%                                    5%
Sel T Spesifik
 
                                                                                   



















Makrofag Aktif Membunuh/Menghambat Basil TB

 

TB Aktif/Penyakit (Limfadenitis TB)

 




Reaktifitas
 







TB In Aktif Mungkin Masih Ada Basil TB
 

Imunitas Menurun
Atau Gagal
 
 








                                                                   5%

       Kuman


 

                                                          Infeksi primer










 

Sembuh  total                       Sembuh dgn. Sarang              Komplikasi
                                                          ghon                           - Menyebar ke seluruh
                                                                                                                 tubuh scr. Bronkhogen,
                                                                                                                 limphogen, hematogen

Infeksi post primer                      Kuman dormant
                                                     Muncul bertahun kemudian


Diresorpsi kembali/sembuh        Membentuk jar. keju                   Sarang meluas
                                                Jika dibatukkan                          sembuh dgn.
                                                 membentuk kavitas.              Jar. Fibrotik
  
                        .

Kavitas meluas                 Memadat & membungkus diri             Bersih & menyembuh
Membentuk sarang                         tuberkuloma               

Patofisiological pathway

    TBC


 


Virus/Bakteri masuk Jaringan Otak
 

                                                                                 Peradangan Di Otak













 

Edema             Pembentukan
                                    Transudat & Eksudat


Gangguan Perfusi       Reaksi Kuman                 Iritasi Korteks         Kerusakan     Kerusakan
Jaringan Cerebral        Patogen           Cerebral Area Saraf IV          Saraf IX
                                                Fokal Seizure


 


                                    Suhu Tubuh     Resiko Trauma            Sulit                    Sulit
                                                                                         Nyeri                          Mengunyah     Makan
                                                                                        
                                                Deficit Cairan                                        Gangguan  Pemenuhan
                                                                                                                            Nutrisi



 

Kesadaran                               Hipovolemik


 

Stasis Cairan Tubuh                Gangguan Mobilitas Fisik
                                                Gangguan Persepsi Sensori
Penumpukan Sekret


 

Gangguan Bersihan Jalan Nafas


LESI PADA TBC PARU

Kelenjar limfe : hilus, parantrakeal, mediatinum
Parenkhim : fokos primer, pnemonia, atelaktis, terkuloma, kavitas
Saluran pernafasan : air traping” penyakit endobronkhial , trakeobronkhial, stenosis, bronkhus, fistula bronkhopleura, bronkhopl, bronkhoektasis, fistula bronkhoesofagus.
Pleura : efusi, emfisema, pneumothorak, hemothorak, fistula bronkhop;eura
Pembuluh darah : milier, perdarahan paru.

Bentuk klinis TBC Pada Anak

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.      Identitas klien: selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga.
2.      Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3.      Riwayat penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
4.      Riwayat penyakit dahulu:
*  Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat  kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?
*        Pernah berobat tapi tidak sembuh?
*        Pernah berobat tapi tidak teratur?
*        Riwayat kontak dengan penderita TBC.
*        Daya tahan yang menurun.
*        Riwayat imunisasi/vaksinasi.
*        Riwayat pengobatan.
5.      *   Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
*        Riwayat keluarga.
*        Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
*        Aspek psikososial.
*        Merasa dikucilkan.
*        Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
*        Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
*        Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak.
*        Tidak bersemangat dan putus harapan.
Lingkungan:
*        Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.
6.      Pola fungsi kesehatan.
1)      Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.
2)      Pola nutrisi -  metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.
3)      Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
4)      Pola aktifitas – latihan
Sesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
5)      Pola tidur dan istirahat
Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari.
6)      Pola kognitif – perseptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
7)      Pola persepsi diri
Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
8)      Pola peran – hubungan
Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri.
9)      Pola seksualitas/reproduktif
Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.
10)   Pola koping – toleransi stres
Menarik diri, pasif.

PEMERIKSAAN FISIK
1.      ¨  Demam: sub fibril, fibril (40 – 41oC) hilang timbul.
¨      Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/  mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
¨      Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
¨      Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura.
¨      Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
¨      Pada tahap dini sulit diketahui.
¨      Ronchi basah, kasar dan nyaring.
¨      Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik.
¨      Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
¨      Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
2.      Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
3.      Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula.
4.      Kadang terjadi abses.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN
1.      Uji tuberkulin
Infeksi TB ® imunitas seluler ® hipersensitifitas tipe lambat ® uji tuberkulin +.
2.      Foto rontgent
Rutin: foto pada Rö paru.
Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
3.      Gambaran klinis:
¨      Tanpa gejala.
¨      Gejala umum/tidak spesifik.
-          Demam lama.
-          BB turun/tidak naik.
-          Malnutrisi.
-          Malaise.
-          Batuk lama.
-          Diare berlanjut/berulang.
¨      Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.
Kelenjar: kelenjar membesar skrofulodivina.
Respiratorik: batuk, sesak, mengi.
Neurologik: kejang, kaku kuduk.
Ortopedik: pincang, gibbus.
GI: diare berlanjut.
4.      Pemeriksaan mikrobiologis
-  Bakteriologis
   Memastikan TB.
         Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB.
   Hasil +:  10 – 62% dengan cara lama.
   Cara    : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
5.      Pemeriksaan darah tepi
Tidak khas.
LED dapat meninggi.
6.      Pemeriksaan patologik anatomik
Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.
7.      Sumber infeksi
Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
8.      Lain-lain
-          Uji faal paru.
-          Bronkoskopi.
-          Bronkografi.
-          Serologi.
-          dll.


PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN
Penatalaksanaan
Ø  Penyuluhan
Ø  Pencegahan
Ø  Pemberian obat-obatan
  1. OAT ( oabat anti tuberkulosa )
  2. Bronchodilator
  3. Expectoran
  4. OBH
  5. Vitamin
  6. Antibiotik
Ø  Operasi untuk mengeluarkan kelenjar yang membesar.



TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK
À      Menurut Soetjiningsih:
Masa pra sekolah usia 1-6 tahun.
À      Menurut Donna L. Wong:
Masa anak-anak awal 1-6 tahun.
Pra sekolah: 3-6 tahun.

Tahap pertumbuhan cepat:
Pertumbuhan cepat pada masa pra-adolesen.  Terdapat pertumbuhan fisik/jasmani yang sangat pesat, dimana tubuh anak menjadi cepat besar, BB naik dengan pesat serta panjang badan (PB) juga bertambah dengan cepat, anak makan dengan banyak serta aktifitas bertambah.  Pertumbuhan tampaknya mengikuti satu irama tertentu dan berlangsung secara bergantian.

Tahap pertumbuhan otak
¨      Umur 5 tahun: sangat lambat (Morley, D: 1986).
Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud:
Suatu proses pertambahan pematangan fungsi struktur tubuh serta kejiwaan yang menimbulkan dorongan untuk mencari stimulasi dan kesenangan secara umum termasuk didalamnya dorongan untuk menjadi dewasa.
¨      Fase oedipal/falik (3-5 tahun)
-          Mulai melakukan rangsangan autoerotik.
-          Bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.
-          Aanak pasca oedipal berkelompok dengan sejenis. 
Oedipus komplek:  anak lelaki dekat ibunya karena perasaan cinta/tertarik.
Elektra komplek  :   anak perempuan dekat ayahnya karena perasaan cinta/ tertarik.
¨      Fase laten (5 – 12 tahun)
-          Masuk ke permulaan fase pubertas.
-          Periode terintegrasi.
-          Fase tenang.
-          Dorong libido mereda sementara.
-          Erotik zona berkurang.
-          Anak tertarik dengan per group (kelompok sebaya).

Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial menurut Erik Erickson:
Dibagi 8 tahap perkembangan mulai dari lahir sampai usia tua:
-          Tahap ke-3; krisis perkembangan : initiative vs guilt (inisiatif vs perasaan bersalah; nama tahap: pre school/usia pra sekolah.
-          4 – 6 tahun:
Kepercayaan yang diperoleh anak tidak diartikan bahwa ia diperbolehkan memiliki inisiatif dalam belajar mencari pengalaman-pengalaman baru secara aktif seperti bagaimana dan mengapa tentang sesuatu sehingga anak dapat memperluas aktifitasnya, jika anak dilarang dan diomeli/dicela untuk usaha itu yang mencari pengalaman baru, anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang, keterampilan motorik dan bahasanya.


DIAGNOSA PERAWATAN
1.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :
Ø  Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis
Ø  Kerusakan membran alveolar kapiler
Ø  Sekret yang kental
Ø  Edema bronchial
2.      Resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :
Ø  Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap
Ø  Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar
Ø  Malnutrisi
Ø  Terkontaminasi oleh lingkungan
Ø  Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman
3.      Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, berhubungan dengan :
Ø  Tidak ada yang menerangkan
Ø  Interpretasi yang salah, tidak akurat
Ø  Informasi yang didapat tidak lengkap
Ø  Terbatasnya pengetahuan / kognitif
4.      Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :
Ø  Kelelahan
Ø  Batuk yang sering, adanya produksi sputum
Ø  Dyspnoe
Ø  Anoreksia
Ø  Penurunan kemampuan finansial (keluarga).


INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Dx. I.
Independen
1.      Kaji dyspnoe, takipnoe, bunyi pernafasan abnormal. Meningkatnya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan fatique.
TB paru dapat menyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang berasal dari bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural efusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
2.      Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan kulit, selaput mukosa dan warna kuku.
            Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenasi di organ vital dan jaringan
3.      Demontrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir disiutkan, terutama pada klien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.
Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan nafas dan mengurangi residu dari paru-paru
4.      Anjurkan untuk bedrest/mengurangi aktivitas
            Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi

Kolaborasi
5.      Monitor BGA
            Menurunnya oksigen ( PaO2 ), saturasi atau meningkatnya PaCo2 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekuat atau perubahan therapi.
6.      Memberikan oksigen tambahan
            Membantu mengoreksi hipoksemia yang secara sekunder mengurangi ventilasi dan menurunnya tegangan paru.

Dx. II.
Independen
1.      Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi melalui bronkhus pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah atau sistem limfe dan potensial infeksi melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman atau menyanyi.
Membantu klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
2.      Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan terapi pencegahan.
3.      Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk
            Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
4.      Gunakan masker setap melakukan tindakan
            Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
5.      Monitor temperatur
            Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.
6.      Ditekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani
Periode menular dapat terjadi hanya 2 – 3 hari setelah permulaan kemoterapi tetapi dalam keadaan sudah terjadi kavitas atau penyakit sudah berlanjut sampai tiga bulan.

Kolaborasi
7.      Pemberian terapi untuk anak
a.       INH, Etambutol, Rifampisin
INH adalah obat pilihan bagi penyakit TB primer dikombinasikan dengan obat-obat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan etambutol untuk 2 bulan pertama.
b.      Pyrazinamid ( PZA ) / aldinamide, Paraamino Salicyl ( PAS ), Sycloserine, Streptomysin
Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.
c.       Monitor sputum BTA
Klien dengan 3 kali pemeriksaan BTA negatif, terapi diteruskan sampai batas waktu yang ditentukan.

Dx. III.
Independen
1        Kaji kemampuan belajar klien misalnya : tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan yang memungkinkan klien untuk belajar, seberapa banyak yang telah diketahui, media yang tepat dan siapa yang dipercaya.
Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada sebatasmana kemampuan klien.
2        Mengidentifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya : hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan nafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
Mengindikasikan perkembangan penyakit atau efek samping dari pengobatan yang membutuhkan evaluasi secepatnya.
3        Menekankan pentingnya asupan diet TKTP dan intake cairan yang adekuat.
Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan yang memadai membantu mengencerkan dahak.
4        Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan untuk klien dan keluarga misalnya : jadwal minum obat.
Informasi tertulis dapat mengingatkan klien tentang informasi yang telah diberikan. Pengulangan informasi dapat membantu mengingatkan klien.
5        Menjelaskan dosis obat, frekwensi, tindakan yang diharapkan dan perlunya therapi dalam jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan mengenai potensial interaksi antara obat yang diminum dengan obat / subtansi lain.
Meningkatkan partisipasi klien dan keluarga untuk mematuhi aturan therapi dan mencegah terjadinya putus obat.
6        Jelaskan tentang efek samping dari pengobatan yang mungkin timbul, misalnya : mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah.
Dapat mencegah keraguan terhadap pengobatan dan meningkatkan kemampuan klien untuk menjalani terapi.
7        Merujuk pemeriksaan mata saat memulai dan menjalani therpi etambutol.
Efek samping utama etambutol adalah menurunkan  ketajaman penglihatan dan juga mengurangi kemampuan untuk mempersepsikan warna hijau.
8        Memberikan dorongan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan  kecemasan/keprihatinannya serta memberikan jawaban yang jujur atas pertayaannya. Jangan berusaha menyangkal pernyataanya.
Memberikan kesempatan untuk mengubah pandangannya yang salah dan meredakan kecemasannya. Penyangkalan terhadap perasaannya akan memperburuk mekanisme koping yang merugikan kesehatannya.
9        Review tentang cara penularan TB ( misalnya : umumnya melalui inhalasi udara yang mengandung kuman, tapi mungkin juga menular melalui urine jika infeksinya mengenai sistem urinaria ) dan resiko kambuh kembali.
Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan / kambuh kembali. Komplikasi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya penyembuhan TB meliputi : formasi abses, empisema, pneumothorak, fibrosis, efusi pleura, empyema, bronkhiektasis, hemoptisis, ulcerasi GI, fistula bronkopleural, TB laring, dan penularan kuman.




Dx. IV.
Independen
Kaji dan komunikasikan status nutrisi klien dan keluarga seperti yang dianjurkan :
1.      Catat turgor kulit
2.      Timbang berat badan
3.      Integritas mukosa mulut, kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya bising usus, riwayat nausea, vomiting atau diare.
Digunakan untuk mendefinisikan tingkat masalah dan intervensi
4        Mengkaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai
Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
5        Meonitor intake dan output secara periodik.
Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
6        Catat adanya anoreksia, nausea, vomiting, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Monitor volume, frekwensi, konsistensi BAB.
Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
7        Anjurkan bedrest
Membantu menghemat energi khususnya terjadinya metabolik saat demam.
8        Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi
Mengurangi rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan untuk pengobatan yang dapat merangsang vomiting.

Facebook Twitter RSS